Oleh: Y. Subowo
Garapan koreografi ANU DUO terinspirasi dari sebuah Filosofi Jawa tentang” Kiblat Papat Lima Pancer “ yang ada hubungannya dengan Mikrokosmos dan Makrokosmos atau dalam bahasa Jawa disebut Jagad Cilik dan Jagad Gedhe. Dalam jagad cilik manusia memiliki dua aspek, yaitu Lahiriah dan Batiniah. Manusia diharapkan mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsu guna memurnikan aspek batiniah dan bersatu kembali dengan Sang Pencipta. Mencapai kesatuan dengan Pencipta berarti mengusahakan keteraturan, yaitu keselarasan dengan Jagad Gedhe. Kibalat Papat Lima Pancer sebagai falsafah Jawa merupakan salah satu perwujudan konsep Mandala. Pandangan ini disebut juga “dunia waktu”, artinya penggolongan empat dimensi ruang yang berpola empat penjuru mata angin dengan satu pusat. Empat anasir ini adalah bumi/tanah, air, api dan angin. Sedangkan pancer kelima adalah diri manusia sendiri.
Sumber inspirasi ini dijadikan sebuah ide penciptaan tari yang ditransformasikan dalam sebuah koreografi. Sudah barang tentu melalui berbagai cara pendekatan dan daya kreativitas dalam mewujudkan sebuah bentuk pertunjukan tari. Tajuk “ANU DUO” sebuah permasalahan dalam kehidupan Apa? Anu berarti sesuatu yg. belum jelas, sedangkan Duo adalah dua unsur kehidupan( baik-buruk, laki-laki-perempuan, siang-malam dan lain sebagainya).
Konsep koreografi ini berangkat dari Tradisi Tari Jawa, baik unsur gerak maupun rasa gerak serta Roh yang ada dalam Tradisi Tari Jawa. Pengembangan motif gerak tradisi meliputi; Tenaga-Ruang-Waktu dengan sentuhan kreatif dan imajinatif. Banyak cara dan pendekatan dalam mengembangkan Tari Tradisi, karena seni tradisi sebagai sumber inspirasi yang tak habis digali. ”Tradisi Tiada Henti” yang bisa dikemas dalam bentuk seni pertunjukan apa saja serta jenis/aliran seni apapun.
Koreografi dan musik karya Y. Subowo ini ditarikan oleh Ayu Permata Sari, Putra Jalu Pamungkas, Irwanda Putra Rahmandika, Widi Pramono, dan Wisnu Derawan.