
Yogyakarta, 31 Oktober 2025 – Ruang Rapat Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta siang itu diselenggarakan Rapat Kerja Nasional IKASTISI. Di bawah panji IKASTISI (Ikatan Alumni ASTI dan Jurusan Tari ISI Yogyakarta), para pengurus alumni berkumpul dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) untuk merevitalisasi organisasi dan merancang masa depan. Pertemuan yang dipimpin oleh Sekretaris: Dwi Cahya. Dengan pelaksanaan rapat secara resmi, Ketua Umum, Robby Hidajat, melaporkan dan menjelaskan inti dari kegiatan ini yang fokus pada revisi AD/ART, dan pengangkatan dewan penasehat.
Agenda utama Raker adalah revisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Yuli Miroto, sebagai koordinator pengembangan organisasi, memberikan masukan diskusi yang hangat namun konstruktif, karena ADART itu yang menentukan jalannya organisasi, maka waktu diskusi lebih banyak memberikan penekanan untuk membahas dasar organisasi ini. Perubahan yang diusulkan berfokus pada penguatan struktur organisasi, termasuk legalitas sumber pendanaan baru dan, yang terpenting, formalisasi peran Dewan Penasehat.
Momen krusial terjadi saat Raker mengesahkan pengangkatan tiga maestro seni sebagai Dewan Penasehat IKASTISI: (1) Sigit Gunardjo, praktisi pengembangan manajemen seni pertunjukan yang reputasinya tak diragukan, (2) I Nyoman Sudewi, tokoh tari Bali yang menjembatani tradisi dan modernitas, (3) Bambang Pujaswara, tokoh tari Yogyakarta, yang merupakan representasi kuat dari akar budaya lokal. Mereka adalah tokoh penting, karena telah menjadi bagian motor penggerak IKASTISI yang pertama.
Kehadiran nama-nama besar ini diharapkan dapat menjadi kompas strategis bagi kepengurusan IKASTISI ke depan. Dwi Cahya, sang Sekretaris, menyampaikan setiap detail pengesahan ini, menyiapkan fondasi legal untuk kolaborasi strategis dengan para penasehat.
Suasana berubah fokus ketika Lies A, sang Bendahara, mengajukan untuk menambahkan keanggotaan, karena beban tugasnya yang berat untuk dapat mengawal organisasi. Usulan dicatat dan akan ditindak lanjuti secara teknis. Terkait dengan hal tersebut Sri Eka Kusumaningayu, ketua pelaksana Reoni Akbar “Pulang Kampus” melaporankan keuangan sisa kegiatan tersebut. Dengan senyum lebar, Eka melaporkan sisa dana sebesar Rp 1.000.000 yang berikutnya oleh Panitia Reuni IKASTISI 2025 diserahkan pada bendahara.
Untuk mewujudkan misi tersebut, banyak dicatat tentang usulan strategi penggalangan keuangan jangka panjang diusulkan dan langsung menjadi pembahasan intensif:
- KTA Wajib Calon Wisudawan: Lies mengusulkan koordinasi dengan Jurusan Tari untuk mewajibkan setiap calon wisudawan menjadi anggota IKASTISI dengan membayar biaya Kartu Tanda Anggota (KTA) sebesar Rp50.000. Usulan ini dipandang strategis karena menjamin regenerasi anggota dan aliran kas awal yang terstruktur. Hal ini juga ditegaskan oleh Bambang Pujaswara, penasehat organisasi.
- Diusulkan Anggota Terstruktur iuran tahunan sebesar Rp50.000 per anggota. M Suwarsono Ars, semua peserta RAKER menyambut baik sistem ini dan menyatakan kesiapan Korwil untuk menjadi koordinator utama pengumpulan iuran per angkatan atau per wilayah. Karena program tahun depan 2026, adalah pembentukan kepengurusan di setiap Korwil.
- Pengembangan Program Berdaya Jual: Sri Eka K (Pengembangan Program) menekankan bahwa pencarian donatur dan sponsor (Usulan 3) harus diikat pada program-program yang memiliki value tinggi dan visibility luas, bukan sekadar meminta.
Semua usulan dicatata sebagai Program Kerja Bendahara dan akan diintegrasikan ke dalam AD/ART yang direvisi. Kegaitan RAKER disaksikan oleh Ketua Jurusan Seni Tari: Dr. Rina Martiara, M.Hum. dan staf Jurusan yang lain. Semangat untuk membangun kemandirian finansial dari basis anggota adalah penutup yang kuat untuk RAKER ini.
Reporter : R.Dt.