“Sekar NAFA”: Tari Baru Gaya Yogyakarta dalam Program Short Course Mahasiswa NAFA Singapura di ISI Yogyakarta

“Sekar NAFA”: Tari Baru Gaya Yogyakarta dalam Program Short Course Mahasiswa NAFA Singapura di ISI Yogyakarta

Yogyakarta, 18 Juli 2025 — Sebuah karya tari baru bertajuk “Sekar NAFA” menjadi pusat perhatian dalam program short course yang diselenggarakan oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada 4–18 Juli 2025. Program ini diikuti oleh lima mahasiswa perempuan dari Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA), Singapura, yang secara khusus datang untuk mendalami tari dan budaya Jawa.

Tari “Sekar NAFA” diciptakan oleh Dra. Tutik Winarti, M.Hum., pengajar senior di ISI Yogyakarta. Tarian ini dirancang sebagai tari dasar gaya Yogyakarta yang berfungsi sebagai tari persembahan atau penyambutan. Dalam proses penciptaannya, karya ini disesuaikan dengan kebutuhan peserta internasional, sekaligus memperkenalkan filosofi dan karakteristik gerak tari klasik Yogyakarta.

Tidak hanya tarinya, gending pengiring berjudul “Lancaran Sekar NAFA” juga merupakan karya baru yang dikomposisikan oleh Anon Suneko, M.Sn., dosen karawitan ISI Yogyakarta. Proses latihan musik pun dilakukan secara kolaboratif, dengan penabuh gamelan terdiri dari mahasiswa karawitan ISI dan peserta NAFA.

Selain “Sekar NAFA”, para peserta juga mempelajari drama tari “Roro Jonggrang” sebagai bagian dari materi pertunjukan. Kedua karya ini dipentaskan sebagai penutup program pelatihan pada hari terakhir.

Program short course NAFA ini juga terjadi di tahun sebelumnya. Pada 2024, kegiatan diampu oleh Dra. Jiyu Wijayanti, M.Sn., yang mengajarkan tari ciptaannya, Golek Wiragarini yang juga merupakan salah satu materi ajar pada mata kuliah Tari Yogyakarta I. Tahun 2023, Dra. W. Lies Apriani, M.Hum. menciptakan tari baru bertajuk “Sumunar”, yang juga berfungsi sebagai tari penyambutan, dengan pola gerak dasar tari Yogyakarta sederhana untuk pemula. Tari “Sumunar” tersebut diiringi gending dengan komposer yang sama yakni Anon Suneko, M.Sn. dan disajikan secara kolaboratif dalam adegan wayang kulit Dewi Sinta di Taman Soka, di mana dayang-dayang menarikan tari tersebut. Pada tahun yang sama, alm. Drs. Y. Surojo, M.Sn. menjadi instruktur tari putra dengan koreografi tari “Cantrik”.

Program ini tidak hanya memperkaya wawasan peserta tentang seni pertunjukan Jawa, tetapi juga mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Singapura melalui kerja sama pendidikan seni yang intensif dan bermakna.

Cari
Kategori

Bagikan postingan ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDID